Halo pengunjung blog sekalian, salam jabat tangan atas pertemuan ini. dalam post kali ini Lukman akan memberi analisis alias makna yang terkandung dalam puisi “Nisan” yang ditulis oleh peencetus angkatan ’45, yaitu Chairil Anwar, yang terkenal dengan gaya menulisnya yang sosialis-ekspresionis.
Nisan
Karya Chairil Anwar
Untuk Nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta
_
Analisis
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Kalimat ini mencitrakan rasa sedih yang sangat mendalam seorang Chairil ketika neneknya meninggal. “Bukan kematian benar” menunjukkan seakan-akan ia merasakan sakitnya kematian dalam kesedihannya.
_
Keridlaanmu menerima segala tiba
Kalimat ini mengungkapkan keadaan neneknya yang pasrah ketika ajalnya akan tiba. Juga dapat diartikan bahwa meskipun tidak rela, manusia tak dapat mencegah datangnya ajal.
_
Tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka
Kata debu merujuk pada kematian. Dicabutnya ruh dari tubuh layaknya debu yang melayang lepas dari kerilikil asalnya. Pengetahuan akan debu/kematian ini terlalu “tinggi”, tak ada yang dapat mengetahui kapan waktunya tiba. Dirujuk dari kata lanjutannya “duka”, di sini Chairil merasakan kesedihan yang amat, yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Ia juga seakan tidak terima akan kepergian neneknya.
_
wahai maha tuan bertahta
Dapat dimaknai bahwa ia mengungkapkan seluruh keluh kesahnya tersebut kepada maha tuan bertahta, yaitu Tuhan.
_
Sekian analis puisi “Nisan” pada September sore ini. Nantikan analisis puisi lain pada post berikutnya.
Ada puisi lain yang ingin dianalisis? Tulis di komen!